Jumat, 16 Mei 2014

Laboratorium

1990 proses awal napak tilas dan 1991 penemuan mulai memasuki proses penelitian. 4 penjuru Nusantara bahan baku riset terkumpul dipusat, mirip belatung yg menggeliat ditumpukan daging membusuk. Dan 1992 aku mulai masuk menjadi belatung didalam Laboratorium Manusia terbesar didunia pokoknya lebih rumit dan runyam ketimbang FBI asumsi ini tentu saja bukan tanpa alasan. Para belatung diberikan wadah masing2 oleh sang profesor bumi dan makhluk luar angkasa. Satu persatu belatung eksperimen diteliti dan jejak lendir yg menempel didalam mangkok lab yg dikeluarkan tubuhnya dalam bentuk cairan kimia bercampur dgn cairan dari bangkai dan aku bertahan dalam lab tsb memposisikan diri sbg belatung dan kubiarkan diriku membelatung dalam beberapa tahun karena kuanggap mungkin itu Belatung yg ada ditubuhnya Ayub yg korengan, atau Belatung yg akan digunakan sbg pembersih jaringan tubuh mbakyu Pertiwi yg korengan karena dipenuhi luka2 sejarah yg menganga dan mulai membusuk dari hulu kehilir tangan dan kaki, bahkan tubuh dan kepalanya yg alami pembusukan. Ya tak masalah aku membelatung selagi aku bisa mengurai jaringan sel tubuh mbakyu Pertiwi yg rusak agar terkondisikan dan tergantikan dgn jaringan sel yg baik sbb pada prinsifnya para belatung hanya memakan jaringan sel yg rusak saja. namun kelamaan jadi belatung membuat harga diri manusiaku mempertanyakan dan akal sehatku mulai mengevaluasi visi perbelatungan yg terdapat di lab tsb tapi aku tetap mengambil sisi positif dari fasilitas lab yg hygienis tsb aku tetap membiarkan diriku membelatung hingga susah dibedakan mana yg aku dan mana yg belatung sungguhan justru sebaliknya para belatung yg kuteliti menganggap aku biang belatung dan menuding aku sbg makhluk belatung.
  Ceritanya jadi mirip Siti Jenar yg berasal dari cacing tanah tapi lumayan yg penting tidak mirip siti Jenar yg cacingan. Para belatung pada jadi narsis padahal belatung2 tsb baru dipindahkan dari satu mangkuk lab kemangkok lab lainnya, hanya bermodalkan nomer urut mangkuk2 lab belatung2 yg berada dipermukaan mangkuk bergaya layaknya sang profesor peneliti lab tsb dan parahnya sang profesor dilab tsb matanya rabun karena kebanyakan bäca tesis dibuku elektronik yg memiliki radiasi tinggi, dgn kacamata minus tebalnya diapun menjapitku dgn alat penjapit yg terdapat dilab, padahal sudah lebih dari 1 kg berat kertas yg kugunakan sbg buku yg kukirimkan padanya sbg isyarat agar mrk mengerti kalau aku bukan belatung dan mustahil bisa diangkut seenaknya dgn alat penjepit yg biasa digunakan utk menjepit para belatung yg akan diletakan dari mangkuk kemangkuk laboratorium. Profesor yg phobia jadi mabok karena kelamaan bercengkerama dgn belatung dan cairan lendir yg diproduksi belatung lalu akupun dianggapnya belatung dia tidak mendengar sapaan manusiaku dan tak mencium aroma tubuh manusiaku hingga akhirnya aku diculik makhluk Allien dan dimasukan kedalam UFO,
 Kukira para Allien tsb bermaksud hendak melenyapkan aku karena caranya yg tampak mengancam keselamatan dan tidak sopan. Allien mengira dgn keadaan mataku yg tertutup itu aku tidak dapat memberikan ancaman yg membahayakan mrk, namun berhubung naluriku berkata bahwa aku tak perlu khawatir karena tidak ada yg berpotensi membahayakan maka kubiarkan saja Allien tsb mengangkutku ke UFO. Alhamdulillah ternyata kata naluriku benar dan aku masih tetap bernafas bahkan bertemu dgn makhluk bumi lainnya yg juga makhluk yg diculik Allien dari tempat masing2. Tiap hari selama 3 hari berada dalam sekapan Allien kami diberi makanan yg disediakan para Allien yg kuketahui bahwasanya makanan tsb tidak akan pernah ada dibumi, baik dari aroma rasa, perisa dan warnanya bahkan jenis selera masakannya tak akan pernah dicicipin manusia dibumi. Aku jadi geer dan menganggap jangan2 Nabi Muusa dan Isa. Namun untungnya geerku tak menimbulkan perasaan ingin mengaku jadi Nabi.

Tidak ada komentar: