~Pemikiran seorang Ulama Nusantara,yang berasal dari Ranah Minang,Cendekiawan Muslim, Budayawan,Penulis Novel Roman,sekaligusulama tafsir,,yang menggabungkan antara falsafah dan agama dalam perspektifnya memandang kehidupan......Berikut ini adalah kata pengantar dari sebuah karya beliau berjudul Falsafah Hidup.Semoga manfaat~~~.Falsafah KehidupanSejak zaman yunani kira-kira 2000 tahun yang lalu, orang telah mengenal kalimat “fisafat”, “filsafah” atau “pilosofi”. Kata-kata itu terdiri dari dua suku kata yang di jadikan satu, yaitu ‘filos’ dan ‘sofos’, filos artinya penggemar dan sofos, artinya hikmat atau ilmu. Hikmat itu bahasa Arab, yang dalam bahasaIndonesia boleh di artikan rahasia.Banyak rahasia dalam alam ini, kita tidak tahu, tetapi ingin tahu. Langit Lazuardi yang indah berwarna biru, bintang-bintangdi cakrawala, dengan matahari dan bulannya, angin yang bertiup sepoi-sepoi basah, tampak semuanya bila kita mengadah ke atas. Kita tukikkan pandangan kebawah, tampaklah dunia , lautan dan daratan, gunung-gunung dan padang pasir,hujan turun membasahi bumi, maka hiduplah bumi sesudah matinya; burung-burung terbang dari dahan ke dahan , demikian juga binatang ,margasatwa yang hidup di dalamnya. Lalu terlihat pula bangsa manusia sendiri, hidup bermasyarakat berpuak-puak, ibu menyusukan anak dan ayah mencarikan makan. Maka terlihat pulalah diri sendiri, dengan keajaiban dan keindahannya.Takjub,heran dan terasa bahwa diri kita dipenuhi dengan tanda Tanya, seribu macam atau seribu tanda Tanya: Apakah ini? – Darimanakah datangnya? Kemanakah kesudahannya?Rahasia dan penuh rahasia.Bila sedang berpikir dan hendak menyelidikinya,hendak tahu, apakah rahasia itu, kembali segala Tanyayang sulit tadi kepada yang bertanya: Mengapa saya bertanya? Siapa saya?Rahasia..Semua orang ingin memecahkan rahasia-rahasiabesaritu. Sebab itu dapatlah dipastikan semua orang pada hakikatnya ialah calon filosof.Tanah Yunani adalah sumber pertama daripada orang-orang yang menghadapkan perhatian kepada rahasia-rahasiaitu, meskipun terdahulu daripadanya, tanah Mesir telah meninggalkan bengkalai-bengkalai soal-soal filsafat yang belum tuntas.Mula-mula filsafat yunani itu mulai mengadah, hendak mengetahui rahasia kejadian. Laksana hujan dari gunung, titik setetes demi setetes berupa gambaran perasaan halus dalam syair dan dongeng, belum terpisah dari agama, dongeng, syair dan ilmu. Sebab itu dikenal oranglah syair-syair dongengan Homerus adalah permulaan bayangan dari filsafat.Di Miletos, Asia Minor, tempat perantauan orang Yunan, mulanya timbul filsafat. Di sanalah lahirnya Thales, Anaximandros dan Anaximenes. Perhatian orang adalah mula-mula sekali kepada alam. Bagimanaterjadinya alam ini, itulah mula persoalan , hampir 200 tahun lamanya, sejak zaman Thales (625-545 sebelum masehi), sampai ke zaman Demokritos (460- 260 S.M), edaran perbincangan filosof-filosofitu ialah tentang alam dari mana terjadinya, apakah terjadi dengan sendirinya atau ada yang menjadikan. Ada yang mengatakan asal kejadian alam adalah air, ada yang mengatakan api, ada yang mengatakan uap, ada yang mengatakan api, angin, air , tanah. Ada yang mengatakan Atom (a = tidak, tom = terbagi, atau jauharul fard). Tentang kejadiannya, ada yang mempunayai pendapat alam terjadi dengan sendirinya, dan ada yang berpendapat ada yang menjadikan.Setelah puas mencari rahasia itu, barulah timbul filosof yang luar biasa, yang tidak lagi hendak menengadah ke ata, tetapi mengajak filosof mengupas satu soal yang lebih besar dari segala soal itu, yaitu: ‘Kita ini siapa?’Siapakah kita, makanya kita hendak mengetahui rahasia alam? Siapakah mahluk kecil ini, yang menengadah gunung, merenung langit, membilang bintang dan hendak mengetahui rahasia di dalamnya?Dari mana kita datang, kemana kita akan pergi? Mengapa kita hidup, dan apa artinya hidup itu? Apa perbedaan hidup kita dengan kehidupan mahluk melata lainnya? Mengapa ada mati? Apa artinya mati? Kemana perginya berkata dan berpikir kemaren? Aku ada! Apa artinya aku dan apa artinya ada?Lebih hebat rupanya soal ini daripada soal alam yang dilihat olehThales dan oleh filosof yang sesudahnya. Nyatalah, setelah diselidiki berlama-lama, sifat-sifat rahasia yang ada pada insane, tidak kurang pentingnya dengan yang ada pada alam. Maka keluarlah sari filsafat: Insan adalah alam yang kecil, dan Alam adalah insan yang besar.Filosof yang mula-mula membawa soal dari langit ke bumi, atau dari alam ke insane adalah Socrates!Beliau pula yang mula-mula menggelari dirinya filosof, dengan maksud yang bersahaja, yaitu ‘penggemar hikmat’.Itulah sebabnya ahli filsafat berkata: “Beberapa lamnya filosofi tergantung di langit, sampai akhirnya Socrates datang mengaitnya dan menurunkannya ke bumi”.Pada ma’bad Delvi, beliau bertemu sebuah tulisan: “Kenalilah dirimu”. Lalu beliau menjadikan tulisan itu semboyan filsafatnya.Panjang dan berbelit-belit pulalah soal yang timbul bila mengkaji itu. Apa yang wajib dikerjakan, apa yangwajib dijauhi, apa yang baik, apa yang buruk. Lalu timbullah satu cabang filsafat yang benama Etika (Al-Akhlak, budi). Bagaimana hubungan diri dengan masyarakat. Timbul ilmu masyarakat (sosiologi), bagiamana mengatur supaya masyarakat bersam dan kepentingan bersama jangan beradu dan bertumbuk dan bagaimana pimpinannya. Maka timbullah ilmu politik.Demikianlah, hal diri manusia yang mula disuruh mengenal oleh Socrates, diperpanjang oleh muridnya Plato,dan dilanjutkan lagi oleh muridnya Aristoteles berpanjang-panjang, berlarut-larut,hingga Iskandar Macedonia berperang menaklukan negri Mesir, Persia dan Hindu. Sedang beliau adalah murid dari Aristoteles.Di tanah-tanah timur telah ada kepercayaan agama, agama Yahudi, dan lain-lain telah menunggu di Timur. Agama mengemukakan hati dan filsafat adalah latihan otak. Dari bekas pengembaraan Iskandar, bertemulah ‘otak’ dan ‘hati’ di pantai Iskandarlah, di Laut Merah itu. Kemudian timbullah mazhab filsafat yang terkenal, Neo Platonisme.Demikianlah terus menerus, filsafat tidaka akan berhenti, selama menusia masih berpikir, selama menusia masih bertanya, selama bathin manusia masih merasa adanya rahasia itu. Dari Yunani ke Iskandariah, pindah ke negri Romawi, pindah ke tanah Arab di zaman kejayaan Daulat Islamiyah, sampai ‘ghurub’ cahayanya, kemudian datang zaman renaissance di benua Eropa sampai zaman sekarang ini.Beratus-ratus ‘bintang’ pemikir telah timbul, berbagai soal telah dibicarakan, dan tidak pernah putus-putus. Satu cabang rahasia yang dibongkar itu ialah soal hidup dan hakikatnya. Socrates yang memulai, sampai kepada Descartes, Schopenhauer, LeoStoltoy dan lain-lain. ‘Hidup’ tegak laksana gunung yang tinggi, mereka memandang dari tempat tegaknya masing-masing. Sebahagian rahasianya ditemukan oleh seorang dan sebahagiannya ditemukanoleh yang lain, menjadi mata rantai membentuk jalan pikiran manusia dan kemanusiaan seluruhnya.Kadang-kadang bersimpanglah di antara filafat dan agama, maka timbullah filsafat yang hanya menilik alam dan tabiat yang lahir saja (materialisme) dan kadang-kadang tibalah dia di satu perbatasan jalan. Ada rupanya dibalik perhatian dan perbatasan itu, tapi pikiran tak sanggup lagi mnyeberang kesana, itulah yang bernam: Ma wara’ath-thabi’ah, atau metaphysica; maka setengahnya sampai kesana dan merasa telah berhasil maksudnya. “Tidak berhasil itulah sebenarnya keberhasilan”. Disanalah kesatuannya segala rahasia yang berbelit itu. Itulah awal yang tidak berpemulaan dan akhir yang tidak berkesudahan, jauh yang tidak bersuatu, dan dekat yang tidak berantara, yang tidak dikandung zaman, dan tidak dikandung tempat, yang tetap ada! Yang pikiran tak dapat mengetahui Apa-nya, tapi hanya dapat mempercayai Ada-nya.Orang yang berpikir materialistis, yang hanya memperedarkan filsfat pikirannya terhadap benda, dan memandang segala sesuatu itu hanyalah sebuah benda belaka, yang berpendapat kekuatan yang jelas itu bukanlah menguasai perjalan benda, tetapi hendaklah yang menghasilkan kekuatan. Golongan ini pada hakiktnya pun pernah bertemu dengan perhentian dan perbatasan yang kita sebut itu, sebab mereka pun manusia, berpikir sebagai ahli pikir yang lain, itu pula. Tetapi mereka tidak berani, lalu mereka ‘pulang’ saja denagan hampa tangan, seraya berkata: “Biarkanlah barang yang dibalik tabir alam itu di tempatnya. Kita tidak akan melanjutkan perjalanan kita ke sana. “Tetapi orang-orang ini tidaklah sepengecut matrealis yang lain, yang senantiasa berkata, yang dikatakan ada itu sebenarnya adalah tidak ada! Demi tiap-tiap pikirannya akan bertemu dengan keaadan itu, dia pun membelok dan berkata dengan suara serak: “dia tidak ada.” Kalau ada, mana alasannya. Semua hanya benda, lain tidak! Percaya akan yang ada itu, hanyalah kepercayaan yang dipaksa, kepercayaan dari rasa tidak puas, itulah dogma. Demikian pendirian mereka.Bukan yang ada itu tidak ada. Melainkan merekalah yang tidak bertemu, karna kurang berani atau karna pikiran tidak merdeka, karna terikat oleh sesuatu yang telah terbiasa, walaupun golongan ini menamai dirinya golongan yang berpikir merdeka.Suatu masa, dalam kalangan kaum Muslimin sendiri timbul golongan yang tidak menyetujui pamakian filsafat untuk tuntunan berpikir. Memang ada juga bahayanya kalo hanya filsafat yang dipentingkan, dengan tidak mempunyai dasar hidup dan kepercayaan, bisa kesasar di jalan-jalan yang berbelit-belit bersimpang siur itu. Bila di baca pendapat Socrates terasa enak! Didengar pendapat Spinoza, enak pula; diturutka Goethe, kesudahannya tidak ada yang benar lain dari dia. Ketika membaca Historia Materialisme Karl Marx, dan metode berpikir dialektikanya, timbul pula kesimpulannya: Marx paling jempol! Agama hanya dogma! Apa yang dianggap sebagai ideal menurut Marx tidak ada kalau tidak beres ekonomi. Malahan dari kalangan kaum Muslimin sendiri, lebih kurang 700 tahun terbenam kepada taklid buta, karna hanya berpedoman kepada pendirian Al-Ghazali tentang filsafat.Pendirian mencari kebenaran (Thalabul Haq), perseimbangan antara kerja otak, tempat filsafat bermain, dengan kerja hati, tempat agama berurat; kerja sama di antara pikiran, cita-cita dan perasaan halus, dengan itulah kita mencoba berjalan-jalan detepian pematangnya filsafat.
2 komentar:
Maaf boleh tau referensinya?
falsasah hidup Prof. Dr. Hamka
Posting Komentar