Sabtu, 30 Juli 2016

"** UNGKAP KEBATHILAN **"

Sejumlah Problem Ustad Alumni Timur Tengah " tuntut ilmu dinegeri sendiri (pesan mereka)"".Informasi tentang dunia Arab & Timur Tengah pada umumnya di Indonesia dewasa ini begitu"njomplang" dan "parsial" karena kebanyakan info itu disampaikan oleh para ustad, "juru dakwah" atau "guru ngaji" warga Indonesia yg pernah belajar di kampus-kampus jurusan "kajian Islam" di sejumlah negara-negara Arab, khususnya Saudi, Mesir, juga Sudan.Mereka pandai berkhotbah dan berdalil tapi
#miskin wawasan historis-sosio-kultural dunia Arab. Tidak paham tentang pluralitas suku-suku dan klan masyarakat Arab yang turut mem-PENGARUHI perkembangan keislaman. Tidak mengerti tentang ketegangan-ketegangan identitas kesukuan dan keagamaan, dan seterusnya.Semua itu terjadi karena para murid Indonesia waktu belajar disini
# tidak dilengkapi dengan perangkat analisis sosial, proses pembelajaran dengan masyarakat & lingkungan sekitar yang beragam, atau pembahasan aneka ragam teks-teks keislaman dari berbagai sarjana & aliran pemikiran.Singkatnya, mereka (meskipun tentu saja tidak semuanya karena ada yang sangat baik) hanya "mengaji" tidak "mengkaji".Mereka menghafal materi, tidak mempelajari metodologi keilmuan. Mereka"dicekoki" dg pemahaman, wacana, dan buku-buku keislaman yang seragam dari kalangan ulama tertentu saja yang seide dan sealiran. Akibatnya, setelah selesai sekolah, mereka menjadi ustad-ustad yang "‪#‎butawarna‬" dan "‪#‎rabunbudaya‬".Sayangnya, ustad-ustad model begini yang "digemari" oleh sejumlah kaum Muslim di Indonesia.Karena itu saya SARAN-kan kepada lembaga & masyarakat di Indonesia, jika tujuannya untuk "belajar Islam", maka sebetulnya tidak perlu jauh-jauh mengirim para murid ke negara-negara Arab. Buat apa jauh-jauh belajar kesana kalau hanya untuk mengaji (bukan MENGKAJI dengan sejumlah perangkat metodologi) kitab dan menghafal teks?apalagi hari ini,‪
#‎bicara‬ilmu pengetahuan...INDONESIA gudangnya.

Tidak ada komentar: