Minggu, 31 Agustus 2014

" ISTINJAK."



 Alkisah seorang yg mendapat siksa kubur, hal tsb terjadi lantara semasa hidupnya tak pernah beristinjak setiap usai kencing. Mulai dari kepala negara hingga kepala desa dan kepala rumah tangga termasuk kepalaku haruslah diberi fitrah. Kata kyai memberi sembako gratis berupa beras 2.5 kg setahun sekali merupakan memberi fitrah namun menurut pak Ngadiman dia setiap hari menaburkan segenggam beras pada ayam peliharaannya apakah itu merupakan membayar fitrah
Setiap usai kencing aku beristinjak atas kepala yg hanya punya mulut tanpa mata, telinga dan hidung tsb. Baik kepala negara, kepala desa, kepala sekolah dan kepala keluarga serta kepalaku sendiri akan kuberikan fitrah, kepala si Iyem ketombean meski tiap tahun dia memberi fitrah 2,5 kg pertahun dosanya sebanyak ketombe dikepalanya kebodohannya tetap tak kunjung sirna dgn membayar fitrah. Kepala2 yg tak pernah diberi fitrah harus diganti sekalipun kepala seorang profesor yg botak tetap harus diberi fitrah bukannya beristinjak
Usai buang air kecil sang profesor berkepala botak, tanpa mata, hidung dan telinga mampu mencifta manusia. Karena tanpa mata dia tak melihat jenis kelamin manusia yg tercifta dari peratan kelaminnya. Karena tak mempunyai telinga diapun tak mendengar suara peluncur roket pesawat luar angkasa spermatozoa yg melesat dibawah kendali hormon astrogen. Karena tak punya hidung maka sang profesor yg berkepala botak tsb tak mampu mengendus keberadaan para astronot yg memasuki ruang black hole. Karena itu bila kepala kita harus diberi fitrah maka kepala sang profesor itupun harus beristinjak
Selain dari mendapat siksa kubur atas para profesor yg kepalanya tidak pernah beristinjak maka orang yg kafir dihari hisab dipadang masyar akan diberi kitab DNA dari belakang dan kirinya dgn nilai C dan alangkah sengsaranya orang2 kafir dihari itu wajah mrk murung dan merengut karena tak diwisuda. Lalu mereka berkumpul dan tersiksa didalam neraka

Tidak ada komentar: