Alkisah
seorang yg mendapat siksa kubur, hal tsb terjadi lantara semasa hidupnya tak
pernah beristinjak setiap usai kencing. Mulai dari kepala negara hingga kepala
desa dan kepala rumah tangga termasuk kepalaku haruslah diberi fitrah. Kata kyai
memberi sembako gratis berupa beras 2.5 kg setahun sekali merupakan memberi
fitrah namun menurut pak Ngadiman dia setiap hari menaburkan segenggam beras
pada ayam peliharaannya apakah itu merupakan membayar fitrah
Setiap usai kencing aku beristinjak
atas kepala yg hanya punya mulut tanpa mata, telinga dan hidung tsb. Baik
kepala negara, kepala desa, kepala sekolah dan kepala keluarga serta kepalaku
sendiri akan kuberikan fitrah, kepala si Iyem ketombean meski tiap tahun dia
memberi fitrah 2,5 kg pertahun dosanya sebanyak ketombe dikepalanya
kebodohannya tetap tak kunjung sirna dgn membayar fitrah. Kepala2 yg tak pernah
diberi fitrah harus diganti sekalipun kepala seorang profesor yg botak tetap
harus diberi fitrah bukannya beristinjak
Usai buang air kecil sang profesor
berkepala botak, tanpa mata, hidung dan telinga mampu mencifta manusia. Karena
tanpa mata dia tak melihat jenis kelamin manusia yg tercifta dari peratan
kelaminnya. Karena tak mempunyai telinga diapun tak mendengar suara peluncur
roket pesawat luar angkasa spermatozoa yg melesat dibawah kendali hormon
astrogen. Karena tak punya hidung maka sang profesor yg berkepala botak tsb tak
mampu mengendus keberadaan para astronot yg memasuki ruang black hole. Karena itu
bila kepala kita harus diberi fitrah maka kepala sang profesor itupun harus
beristinjak
Selain dari mendapat siksa kubur
atas para profesor yg kepalanya tidak pernah beristinjak maka orang yg kafir
dihari hisab dipadang masyar akan diberi kitab DNA dari belakang dan kirinya
dgn nilai C dan alangkah sengsaranya orang2 kafir dihari itu wajah mrk murung
dan merengut karena tak diwisuda. Lalu mereka berkumpul dan tersiksa didalam
neraka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar