QS Al-Faatihah (1) : 5
Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami minta pertolongan."
Di semua terjemahan Al-Qur’an di seluruh dunia, kata na’budu diartikan sebagai menyembah. Benarkah Tu(h)an menciptakan manusia di bumi hanya untuk agar Dia disembah dalam bentuk ritual simbolik gerakan badan saja? Sesederhana itukah tujuan kita manusia hadir di bumi ini?
Asal kata na’budu adalah 'abudu yang berakar dari kata 'ibadah. Kata ibadah itu sendiri diambil dari kata 'abada yang artinya mengabdi. Kata 'abada juga berhubungan dengan kata 'abid yang bermakna budak atau hamba. Bila Tu(h)an kedudukannya adalah Al-ma’bud atau Raja yang diabdi, maka manusia adalah 'abid yaitu budak atau hamba yang mengabdi.
Pekerjaan seorang budak bukanlah untuk menyembah majikannya, melainkan untuk mengabdi atau bekerja kepada sang majikan. Seorang budak yang menyembah majikannya, seperti melakukan gerakan simbolik membungkukkan badan kepada sang majikan, belum tentu mentaati atau tunduk patuh kepada peraturan sang majikan itu. Demikian pula dengan Tu(h)an, Dia tidak minta untuk disembah tetapi minta agar ditaati atau oleh hambaNya. Karena Dia tahu bahwa seseorang yang menyembah kepada-Nya belum tentu mau tunduk patuh atau mentaati peraturan-Nya. Karena Tu(h)an maha mengetahui, tidak mungkin Dia memerintahkan makhluk ciptaan-Nya untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang tidak ada maknanya atau sia-sia belaka.
Surah Faatihah adalah doa nabi Muhammad kepada Tu(h)an semesta alam. Beliau tidak mengajarkan umatnya untuk melakukan ritus-ritus penyembahan. Ayah beliau yang meninggal saat beliau kecil bernama Abdullah. Abdullah artinya adalah hamba Allah, ini menandakan bahwa bangsa Arab sudah mengenal kata Allah dan ritus-ritus penyembahan kepada Ka’bah juga sudah dilakukan jauh-jauh hari sebelum nabi Muhammad itu dilahirkan ke dunia.
Mengapa Nabi Muhammad terusir dari Mekkah, tempat dimana Ka’bah berdiri? Karena beliau menyalahkan cara beribadah yang dilakukan bangsa Arab yang berupa ritual penyembahan [1]. Beliau mengajarkan umatnya sebuah cara pengabdian yang benar kepada Tu(h)an, yaitu dengan mengajak manusia untuk menjalani perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Perintah dan larangan adalah dua unsur hukum yang harus ditegakkan. Hukum ini tertulis di Kitab Taurat dan Injil yang dahulu pernah ditegakkan oleh Rasul-Rasul pendahulunya yaitu Nabi Musa dan Isa [2]. Untuk itu pula Nabi Muhammad dibangkitkan, yaitu untuk mengajak umatnya membantu Tu(h)an dalam misi menegakkan hukum-Nya kembali di bumi atau yang kita kenal sebagai ‘an-aqimuddien’[3].
Oleh karena itu, pengertian surah Al-Faatihah ayat 5:
Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin adalah:
"Hanya kepada Engkaulah kami mengabdi, dan hanya kepada Engkaulah kami minta pertolongan."
Maha benar Tuan dengan segala Firman-Nya
References:
[1] QS. 8/35
Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu
Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu
[2] QS. 48/29
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.
[2] QS. 47/7
Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar